Cara Mengatasi Masalah Autokorelasi dengan Uji Run Test dalam SPSS

Cara Mengatasi Masalah Autokorelasi dengan Uji Run Test dalam SPSS | Sebagaimana yang sudah kita pahami bahwa uji autokorelasi merupakan bagian dari uji asumsi klasik dalam analisis regresi linear untuk data time series yaitu data runtut waktu dan bukan seperti data primer hasil penyebaran kuesioner atau angket. Uji asumsi klasik sendiri dimaknai sebagai syarat yang harus terpenuhi sebelum dilakukannya analisis regresi linear.

Sementara itu, analisis regresi linear bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independent (X) terhadap variabel dependen (Y). Oleh karena itu, uji autokorelasi sangat diperlukan karena dengan adanya uji ini kita dapat mengetahui apakah terdapat hubungan antara suatu periode t dengan periode t sebelumnya. Model regresi yang baik tidak terdapat masalah autokorelasi. Contoh sederhana misal data keuangan rumah tangga. Pengeluaran belanja keluarga pada bulan lalu sangat besar (bulan lalu ada pengeluaran untuk membeli mobil baru) sementara pengeluaran pada bulan ini relatif lebih kecil (karena dibulan ini tidak ada pengeluaran untuk membeli mobil) sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan atau korelasi yang cukup tinggi antara pengeluaran anggaran rumah tangga pada bulan lalu dengan bulan sekarang, hal yang semacam inilah yang disebut dengan terjadi masalah autokorelasi.

Dalam analisis statistik, uji autokorelasi dapat dilakukan dengan beberapa metode antara lain seperi uji durbin watson dan uji run test. Dimana metode yang paling sering digunakan oleh para peneliti (dalam hal menyelesaikan tugas, skripsi maupun tesis) adalah dengan metode durbin watson. Namun demikian, uji durbin watson mempunyai kelemahan yakni jika nilai dubin watson terletak antara dL dan dU atau diantara (4-dU) dan (4-dL), maka tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti apakah terjadi gejala autokorelasi atau tidak. Jika demikian adanya, maka alternatif yang baik untuk mengatasi masalah autokorelasi ini adalah dengan menggunakan metode lain seperti uji run test.

Untuk memperjelas bagaimana cara mengatasi masalah autokorelasi dengan uji run test dalam SPSS, saya akan memberikan contoh, simak data yang akan saya uji autokorelasi dibawah ini

Cara Mengatasi Masalah Autokorelasi dengan Uji Run Test dalam SPSS

[Download Data untuk Latihan]

Dari data di atas, model regresi linear yang saya ajukan adalah “Pengaruh Kurs [X1] dan SBI [X2] terhadap IHSG [Y] tahun 2013”. Sebelumnya saya telah melakukan uji autokelasi dengan uji durbin watson [Baca: Tutorial Uji Autokorelasi dengan Durbin Watson SPSS] dan diperoleh hasil sebagai berikut.

Cara Mengatasi Masalah Autokorelasi dengan Uji Run Test dalam SPSS

Berdasarkan output SPSS di atas, diketahui nilai Durbin Watson sebesar 1,072. Nilai ini terletak antara nilai dL 0,812 dan dU 1,579 sehingga tidak ada kesimpulan yang pasti tentang ada atau tidaknya gejala autokorelasi dari data tersebut.

Jika seperti ini yang terjadi, maka anda tidak perlu cemas dan risau, langkah yang harus anda lakukan untuk mengatasi masalah autokorelasi adalah dengan uji run test.

CARA UJI RUN TEST DENGAN SPSS

1. Buka program SPSS lalu klik Variable View, kemudian pada kolom Name baris pertama ketikkan X1, baris kedua X2, dan baris ketiga Y. pada bagian Label ketikkan Kurs untuk X1, SBI untuk X2, dan IHSG untuk Y. Abaikan kolom yang lain biarkan tetap default kemudian klik Data View

Cara Mengatasi Masalah Autokorelasi dengan Uji Run Test dalam SPSS

2. Pada bagian ini, kita hanya perlu memasukkan data penelitian sesuai dengan nama variabelnya

Cara Mengatasi Masalah Autokorelasi dengan Uji Run Test dalam SPSS

3. Jika semua data sudah terinput dengan benar, selanjutnya dari menu SPSS klik menu Analyze – Regression – Linear…

Cara Mengatasi Masalah Autokorelasi dengan Uji Run Test dalam SPSS

4. Muncul kotak dialog, masukkan variabel IHSG [Y] ke kotak Dependent, masukkan variabel Kurs [X1] dan SBI [X2] ke kotak Independent(S) caranya dengan pengklik tombol panah, pada bagian Method pilih Enter, kemudian klik Save

Cara Mengatasi Masalah Autokorelasi dengan Uji Run Test dalam SPSS

5. Muncul kotak dialog Linear Regression; Save, berikan tanda centang (V) pada Unstandardized untuk Residuals, lalu klik Continue dan klik Ok [Abaikan saja output yang keluar].

Cara Mengatasi Masalah Autokorelasi dengan Uji Run Test dalam SPSS

6. Perhatikan pada bagian Data View muncul variabel baru dengan nama RES_1. Langkah selanjutnya adalah klik Analyze – Nonparametric Tests – Legacy Dialogs – Runs…

Cara Mengatasi Masalah Autokorelasi dengan Uji Run Test dalam SPSS

7. Muncul kotak dialog Run Test, kemudian masukkan variabel Unstandardized Residual ke kotak Test Variable List, pada bagian Cut Point berikan tanda centang (V) untuk Median

Cara Mengatasi Masalah Autokorelasi dengan Uji Run Test dalam SPSS

8. Jika sudah yakin benar, terakhir adalah klik Ok untuk mengakhiri perintah, maka akan muncul output Run Test sebagaimana gambar berikut

Cara Mengatasi Masalah Autokorelasi dengan Uji Run Test dalam SPSS


DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM UJI RUN TEST

Sebelum kita menganalisa hasil output SPSS di atas, terlebih dahulu kita pahami dasar pengambilan keputusan dalam uji run test, yaitu:
  1. Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih kecil < dari 0,05 maka terdapat gejala autokorelasi
  2. Sebaliknya, jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar > dari 0,05 maka tidak terdapat gejala autokorelasi.


INTERPRETASI OUTPUT UJI RUN TEST

Berdasarkan output SPSS diatas, diketahui nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,762 lebih besar > dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala atau masalah autokorelasi. Dengan demikian, masalah autokorelasi yang tidak dapat terlesaikan dengan durbin Watson dapat teratasi melalui uji run test sehingga analisis regresi linear dapat dilanjutkan.

Saya kira cukup sampai disini pembahasan kita tentang cara mengatasi masalah autokorelasi dengan uji run test dalam SPSS, semoga bermanfaat lain waktu kita sambung lagi dengan uji-uji dan permasalahan statistik yang lainnya. Terimakasih semoga bermanfaat

[Search: Cara Mengatasi Masalah Autokorelasi dengan Uji Run Test dalam SPSS, Panduan Uji Run Test dengan Program SPSS, Cara Mendeteksi Gejala Autokorelasi dengan Uji Run Test Lengkap]
[Gambar: Screenshot SPSS versi 21]
Lihat Juga: VIDEO Uji Autokorelasi dengan Run Test SPSS

103 Responses to "Cara Mengatasi Masalah Autokorelasi dengan Uji Run Test dalam SPSS"

  1. Terima kasih, langkah2nya jelas dan sangat membantu

    BalasHapus
  2. Terimaksih, sangat membantu dalam anlisis saya

    BalasHapus
    Balasan
    1. senang rasanya jika dapat membantu kesulitan mas.. semoga blog ini bermanfaat

      Hapus
  3. Jika masih tidak bisa juga bagaimana? Hasil signifikansinya 0,000. Solusinya bagaimana?

    BalasHapus
    Balasan
    1. jika memang masih terjadi gejala autokorelasi maka mbak bisa coba transformasi data

      Hapus
    2. mas mau tanya lanjutan dari jawabannya. klo saya melakukan transformasi data. hasil dari transformasi data tsbt apakah hanya untuk autokorelasi saja atau ikut berubah semua hasil analisis?

      Hapus
    3. menurut saya aja sih, kok di autokorelasi uda transformasi maka semua uji asumsi klasik juga harus menyertakan data transformasi

      Hapus
    4. Setelah itu pak. Untuk linear berganda nya pake data yg di transform juga?

      Hapus
    5. Kalau setelah uji autokorelasi berhasil tidak terjadi autokorelasi setelah transform data. Dan Sebelumnya uji normalitas berhasil kemudian setelah pakai data hasil transformasi menjadi gagal. Apakah uji autokorelasinya perlu diubah lagi metodenya.

      Hapus
  4. referensi yang saya pakai untuk uji run test ini adalah bukunya imam ghozali "Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19"

    BalasHapus
  5. mas, mau tanya, kalau hasil runs test asymp. sig. saya 0.05, itu terjadi autokorelasi atau tidak? terimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Klo menurut beberapa literatur untuk nilai p itu significan bila <=0.05

      Hapus
  6. Gan gimana cata mengatasi nilai kecil hasil durbin weston ataupun run test ..
    Saolny punua saya nilainy kecil. PAdahl data sudah reliabel n valid. Mohon jawabnnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pandangan bahwa data yang valid dan reliabel itu sebetulnya bukanlah jaminan bahwa data akan lolos uji asumsi klasi termasuk uji autokorelasi mbak..langkah awal sebaiknya coba lakukan transformasi data dulu lalu di uji kembali dengan durbin watson

      Hapus
    2. Jika sudah melakukan transformasi selanjut untuk uji2 yg lain masih menggunakan yg lama atau yg baru yg telah di transformasi yah??

      Hapus
  7. Subhanallah, jazakallah khairo. Sangat bermanfaat.

    BalasHapus
  8. Pak jika uji runs test juga tidak terpenuhi . bagaimana pak

    BalasHapus
    Balasan
    1. lakukan transformasi data dulu mbak

      Hapus
    2. transform bagaimana ya pak?

      Hapus
    3. Maaf mau tanya, setelah data di transformasi. Apakah di uji menggunakan durbin Watson atau run test?

      Hapus
  9. Terima kasih infonya, membantu proses skripsi saya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah jika dapat bermanfaat untuk mbak..semoga sukses untuk kedepannya ya

      Hapus
  10. Terima Kasih atas petunjuk dan penjabarannya. Data yang saya miliki tidak memenuhi syarat baik DW maupun Run Test, sehingga harus melakukan transformasi data. Setelah transformasi data dilakukan apakah data tersebut digunakan dalam uji yang lain atau hanya pada uji autokorelasi saja? Terima Kasih dan semoga berkenan menjawab..

    BalasHapus
    Balasan
    1. menurut saya sih, kok di autokorelasi menggunakn transformasi data maka semua uji asumsi klasik juga harus menggunakan data setelah transformasi dan melampirkan data sebelum transformasi. #Bantujawab

      Hapus
    2. Sip mas..terimakasih telah membantu menjawab pertanyaan dari kawan-kawan disini

      Hapus
  11. Pak mohon bantuannya. Saya mau tanya kebetulan penelitian saya tentang nilai tukar jadi setiap perusahaan itu sama karena mengambil kurs tengah Bi, tetapi hasil pengujian data saya tidak normal. Kemudian banyak dari data rasio saya yang bernilai negatif. Manakah data yang membuatnya tidak normal pak?

    BalasHapus
  12. Pak maaf mau bertanya klo untuk uji regresi linier berganda dengan sampel jenuh trs kuantitatif dengan alat pengumpulnya kuesioner diperlukan uji autokorelasi tidak pa? terima kasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tidak perlu uji autokorelasi mbak.. karena bukan data timesheries

      Hapus
  13. Suwun pak, Barokah ilmunipun.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin..sama-sama pak..semoga lancar ya pak dalam mengerjakan tugas statistiknya

      Hapus
  14. Pak... Mau tanya jika saya sudah melakukan tranform data.. Hasilnya masih terjadi autokorelasi,, sedangkan yang lain baik.. Apakah bisa autokorelasi menggunakan metode lag saja atau lebih baik run test?

    BalasHapus
  15. Terima kasih pak. Sangat membantu.

    BalasHapus
  16. Pak saya mau tanya, jika saya sudah test run test namum tidak lolos di atas 0,05. apa ada test lain yang bisa mewakili uji autokorelasi?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lakukan transformasi data mbak..merubah data kebentuk lain seperti Ln, Log10 atau Lag

      Hapus
    2. siang pak, kasus saya sama seperti mbak sindy, udah saya transform log 10 tapi masih tetap di bawah 0.05, gimana ya??

      Hapus
    3. Jika demikian.. coba lakukan outlier data pak.. kemudian uji autokorelasi kembali

      Hapus
    4. Tranformasi data ke bentuk ln, log 10 dll nya itu bagian apa nya yaa pak?

      Hapus
  17. terimakasih gan sangat membatu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama pak..semoga sukses dengan tugasnya

      Hapus
  18. Pagi Mas, mau tanya Saya sudah menggunakan uji DW sama runs tapi data saya tetap tidak terpenuhi untuk autokorelasi nya. Kira2 ada Cara lain atau bagaimana Kah? Terimakasih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Transformasi data Lag atau Transformasi Cochrane Orcutt

      Hapus
  19. Malam pak, saya sudah ikutin tutorial bpk untuk durbin watson dan run test juga, tapi hasilnya masih tetap terdapat autokorelasi.. Saya sudah coba cara juga menggunakan transform (lag) berubah sih pak mendekati tapi hasilnya masih tetap autokorelasi, jika seperti ini apakah ada cara lain lagi pak?

    Mohon bantuannya pak, saya benerbener mentok banget :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau berbagai upaya telah dilakukan dan hasilnya tetap tidak lolos uji..maka data penelitian dalam model regresi ini memang belum layak untuk diteliti mbak.. salah satu solusi yang bisa saya sampaikan adalah ganti data mbak

      Hapus
  20. malam pak, terimakasih tutorialnya sangat bermanfaat
    saya sudah coba dan hasilnya asymp.sig nya 1,000 berarti > 0,05 tidak terjadi autokorelasi benar ya pak ?

    kalau boleh tau referensi untuk dasar ketentuan pengambilan keputusan run test pakai buku apa ya ? saya butuh refernsi utk bukunya

    terimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya betul..tidak terjadi autokorelasi.. referensi
      Penulis : Prof. Dr. H. Imam Ghozali, M.Com, Akt
      Tahun : 2011
      Judul buku : Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19
      Penerbit : Badan Penerbit Undip

      Hapus
  21. Sore mas, maaf mau nanya.
    Hasil spss sy menunjukkan DW : 2.467 yg artinya autokorelasi negatif, trus ikutin cara diatas hasilnya asymp.sig : 0.04 lebih kecil dari 0.05. Solusinya gimana yah mas ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Coba lakukan transformasi data Lag..lalu uji autokorelasi kembali dengan data Lag

      Hapus
  22. Terimakasih pak, data saya tak mengalami autokorelasi lagi setelah pake runs tapi apakah saya harus melakukan uji asumsi klasik dan kelayakan dgn menyertakan kolom baru (kolom res 1)? Terimakasih atas jawabannya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Untuk uji asumsi klasik yang lainnya tidak perlu menyertakan kolom variabel res_1 mbak

      Hapus
  23. Transformasi data lag caranya bagaimana ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gunakan fasilitas menu transform yang ada di SPSS mbak

      Hapus
    2. Mas maaf ini caranya lebih detail gimana ya? Saya kurang paham

      Hapus
  24. Permisi,saya mau nanya saya melakukkan uji run test tetapi yang lolos hanya mode, sedangkan median dan mean tidak lolos, itu gimana ya?

    BalasHapus
  25. Pak mau tanya kalo saya uji run tesnya pakai cut poin mode apakah diperbolehkan? Soalnya kalau median tidak lolos, saat pilih mode ada tulisan"There are multiple modes, the mode with the largest data value is used. Apakah itu boleh?

    BalasHapus
  26. Cara menagatasi kalo ada autokorelasi bagaimana ??

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jika sudah pakai uji run test masih terdapat gejala autokorelasi coba pakai outlier data mbak

      Hapus
  27. Pak saya ingin bertanya. Awal data saya tidak normal lalu saya outliner menjadi normal. Tapi saya test autokorelasi dan hasilnya : tdk ada autokorelasi positif ( 0 < d < dl ) apakah saya bisa memakai uji run test untuk autokorelasi nya? Terima kasih Pak, mohon di jawab.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau seperti itu silahkan anda pakai run test untuk memastikan ada tidaknya gejala autokorelasi

      Hapus
  28. Selamat malam pak, mau bertanya. Apakah ada referensi buku yang menyatakan kalau run test terjadi autokorelasi, bisa dilakukan dengan outlier?
    Data sya dengan runtest terjadi autokorelasi, tapi setelah saya outlier tidak terjadi autokorelasi. apakah ada buku yang bisa sya daatkan terkait boleh melakukan outlier pada uji autokorelasi? terimaksih mohon bantuannya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Silahkan anda baca bukunya imam ghozali pak. ada kok

      Hapus
  29. Selamat siang pak. Saya mau bertanya pak. Dlm penelitian saya terdapat gejala autokorelasi negatif. Nilai DW lebih besar dari +2 yaitu 2.345 atau kalo dilihat dari dw tabel nilai d> dl. Setelah saya lakukan run test hasil nya sig 0.115 yg artinya bebas dari autokorelasi kan pak?
    Jd yg mau saya tanyakan ini gimana saya jelasinnya di bab 4 hasil pengujian, apakah saya cantumkan dulu nilai dw saya yg autokorelasi negatif atau bisa langsung dijelasin pake run test? Saya bingung pak. Mohon dijawab pak.terimakasih sebelumnya pak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebaiknya tampilkan dulu hasil uji durbin watson, baru kemudian karena hasilnya ada korelasi negatif maka alternatif untuk mendeteksi gejala autokorelasi diganti menggunakan uji run test (non parametrik)

      Hapus
  30. Assalamualaikum pak saya mau tanya kalo misal kan nilai Dw saya 0.505 , nah dl 1.1004, du 1,5367, 4-dl 2.8996, 4-du 2.4633 , kan itu berarti nilai dw<dl , maka kesimpulan nya terdapat autokorelasi korelasi positif , jadi bagaimana pak ini ? Apakah harus pake run test ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wa'alaikumsalam. iya pakai alternatif uji runt test untuk mendeteksi gejala autokorelasi

      Hapus
  31. Assalamualaikum, mohon maaf pak saya mau tanya mengenai asumsi klasik, saya melakukan uji normalitas dengan data yang sudah di transformasi kan dalam bentuk (Ln) ketika saya melakukan pengujian selanjutnya yaitu uji multikolonieritas itu juga bisa lolos dengan data yang sudah di LN namun pengujian pada autokorelasi terjadi masalah pak dengan data tersebut, Yanng ingin saya tanyakan apakah bisa data yang sudah di taranformasikan kedalam bentuk LN ditransformasikan kembali dalam bentuk LAG ?
    Terimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Transformasi dalam bentuk Lag nya disini yaitu mengatasi autokorelasi dengan theil-nagar pak terimakasih

      Hapus
    2. Ijin nanya pak, Berarti Ln sama lag ya pak transform nya?

      Hapus
  32. siang pak. nilai dw saya 1.355 jika dibandingkan dengan dU dan dL menunjukkan bahwa hasilnya tidak ada autokorelasi. yang menjadi pertanyaan, apakah nilai dw ada minimunmya? karena beberapaa referensi yang saya baca, nilai dw tidak ada yang dibawa 1.7

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya malah belum menemukan referensi yang membahas tentang minimal nilai durbin watson. coba anda baca bukunya imam ghozali - Aplikasi multivariate

      Hapus
  33. Slmt siang Pak... Kalau data Asymp.sig nya 1,000 apakah data tersebut telah normal ataukah ada syarat lain yg menyatakan bahwa asymp.sig nya tidak boleh = 1,000. Kalau ad boleh minta refrensinya Pak...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Coba anda simak dalam bukunya: Imam Ghozali. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IMB SPSS 19. Semarang. Badan Penerbit Undip. Hal 120-121

      Hapus
  34. Malam pak, saya mau nanya. Data saya ada 40 perusahaan, saya melakukan outlier berkali kali untuk uji asumsi klasik, hingga sampel perusahaan menjadi 27 dengan n 81. Untuk uji normalitas, multi dan hetero (rankspearman) sudah berhasil. Tetapi autokorelasi saya masih dibawah dl. Berati terdapat autokorelasi kan ? Saya sudah cb transformasi data, juga sdh cb outlier lagi sampai tidak ada data yg hrs dioutlier. Tetapi tetap saja tdk bs. Mohon saran dan penejlasanya pak, apa yg hrs saya lakukan��
    Apakah saya harus evaluasi lagi data variabel erm ( krn data erm didapat dr hasil pengamatan saya sendrii dilaporan keuangan)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dalam praktekknya bahkan sampai harus ganti data baru sebab terjadi gejala autokorelasi. sebaiknya anda lakukan evaluasi kembali

      Hapus
    2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
  35. siang pak, kan data saya tidak normal saya transform ke sqrt sudah normal, kemudian nilai durbin watson kurang dari tabel, setelah diobati seperti tutorial, autokorelasi saya terbebas. setelah itu data apa yang harusnya digunakan untuk analisis regresi, hipotesis dan koefisien determinasi? data setelah penyembuhan autokorelasi yakni LAG_variabel atau data sebelum penyembuhan autokorelasi yakni SQRT?
    Mohon bantuannya pak terima kasih

    BalasHapus
  36. Permisi pa kalo pake run tes maka d metode penelitianny ganti metode jd run test atau run tes hnya sebagai pengobat auto korelasi yg bermaslah?

    BalasHapus
  37. Pagi pak. Pak saya mau tanya adakah pengaruh saat mengisi data di variabel view bagian measure? Contoh video bapak bagian measure tidak diubah kalau misal saya ganti scale mempengaruhi tidak ya pak? Terima kasih banyak pak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tidak berpengaruh terhadap hasil analisis kok mbak. silahkan dicoba

      Hapus
  38. pak saya sudah melakukan transformasi data. Tapi hasilnya tetap menunjukkan adanya autokorelasi. Lalu, solusinya seperti apa ya untuk mengatasi masalah tersebut?

    BalasHapus
  39. Pak mau tanya, kalau datanya terjadi autokorelasi dan kita sudah coba cochrane orcutt tapi hasilnya tidak ada kesimpulan. Boleh tidak melakukan run test dengan data transformasi, karna run test dengan data asli hasilnya tetal autokorelasi, tapi saat coba run test dengan data transform tidak ada autokorelasi. Apakah boleh pak?
    Terimakasih...

    BalasHapus
  40. Saya mau bertanya, bagaimana jika dalam uji asumsi klasik menggunakan cara transformasi yg berbeda beda, misalnya pada uji normalitas da heteroskedastisitas menggunakan Ln, untuk uji multikoleniaritas menggunakan data asli karena jika menggunakan Ln malah terjadi multikolinearitas, lalu untuk uji autokorelasi ditransformasi menggunakan Cochrone Orcutt karena jika menggunakan Ln malah terjadi autokorelasi, apakah boleh?
    Lalu untuk uji regresi dan uji hipotesis data mana yg harusnya di gunakan apakah data asli atau transformasi?
    Jika menggunakan data transformasi baiknya yg mana yg Ln atau Cochrone Orcutt?

    BalasHapus
  41. maaf pak untuk buku nya ada ngga pak?

    BalasHapus
  42. Saya mau bertanya pak untuk nilai dl dan dw dipenelitian saya itu k=3 sedangakan sampel n=5. Tapi pada tabel Durbin - Watson tidak ditemukan nilai dl dan du. Itu solusi terbaiknya gimana ya pak?

    BalasHapus
  43. Assalammualaikum pak, saya asumsi klasik lulus semua kecuali autokorelasi dan saya lakukan run test dan lulus, apakah saat saya ingin uji faktor data res_1 saya masukkan juga? dan apakah data res_1 dimasukkan juga pada saat uji normalitas hetero dll

    BalasHapus
  44. Assalamualaikum Pak mau bertanya, di penelitian Saya terkerna di autokorelasi. Setelah run test juga masih bermasalah. Jika Saya melakukan transformasi lag, apakah transformasi lag tersebut juga digunakan di uji lainnya (Normal, Multi dan heteros) atau hanya untuk uji autokorelasi saja?

    BalasHapus
  45. Min,mau bertanya, ketika uji dubin watson tidak terjadi auto korelasi, pada saat uji runs tes malah angka lebih kecil dari 0,05, bukannya itu menunjukkan adanya autokorelasu,itu bagaimana ya?

    BalasHapus
  46. GIMANA KLU HASIL UJI RUN TESTNYA HASILNYA 0 ?? ITU EROR ??

    BalasHapus
  47. assalamualaikum pa. mau nanya jika hasil uji runs saya 0.05 ? apakah itu terdapat gejala autokorelasi atau tidak

    BalasHapus
  48. pak sahid,saya mau tanya, apakah runt test bisa digunakan pada regresi linier berganda?

    BalasHapus
  49. Terimakasih banyak, sangat membantu, sempat down karena uji durbin watson tesis saya autokrelasi, tapi rupanya jalan lain dan hasilnya jadi tidak autokrelasi lagi

    BalasHapus
  50. Terimakasih banyak, sangat membantu, sempat down karena uji durbin watson tesis saya autokrelasi, tapi rupanya jalan lain dan hasilnya jadi tidak autokrelasi lagi

    BalasHapus
  51. terimakasih banyak untuk artikelnya, sangat bermanfaat untuk skripsi saya. sehat selalu ya pak, dilancarkan segala urusannya. aamiin

    BalasHapus
  52. sangat membantu sekali, terimakasih banyak pak. sehat selalu ya, semoga dimudahkan segala urusannaya, dilancarkan rizkinya. aamiin

    BalasHapus
  53. Pak maaf izin bertanya, jika nilai durbin watson berada di antara Dl da DU. Trus setelah di uji melalui Runs test nilai asymp. sig nya 0,094 berarti > 0,05 tidak terjadi autokorelasi benar tidak pak ?

    BalasHapus
  54. Gan mau tanya kalau nilai observasi 5 tidak ada ditabel durbin watson ga ada itu bagaimana yah? Apa menggunakan run test?

    BalasHapus
  55. Gan mau tanya kalau nilai observasi 5 tidak ada ditabel durbin watson ga ada itu bagaimana yah? Apa menggunakan run test?

    BalasHapus

Silahkan tinggalkan jejak sobat disini. Sehingga saya tau bahwa artikel di atas bermanfaat. Terimakasih